Random Posts

Home etika / guru

Etika Guru Menutut Ulama Salaf




Adab / Etika Guru menurut Ulama Salaf- Imam al-Haddad berkata “Seorang berilmu tidak akan bisa merasakan lezatnya ilmu sebelum dia menempa jiwa dan akhlaknya sehingga lurus sesuai al-kitab dan as-sunnah, serta mencampakkan keinginan untuk meraih kekuasaan di bawah telapak kakinya.”
Islam adalah agama yang sempurna. Allah telah mengatur sedemikian rupa ajaran-ajaran islam agar hambanya tidak terjerumus dalam lembah kemaksiatan dan selalu ingat padanya. Allah juga menjadikan Akhlak atau etika sebagai hiasan bagi umat islam. Allah sangat menekankan hambanya agar selalu berakhlak atau beretika dengan baik. 
dalam islam ilmu karakter atau ilmu akhlak dan etika sudah tersusun rapi dalam semua tingkatan. baik etika anak, orang tua, murit, guru dan yang lainnya. semua Allah telah jelaskan melalui utusannya yaitu nabi Muhammad yang sejatinya ia diutus untuk menyempurnakan akhlak dan etika.
ilmu akhlak dan etika tersebut sudah banyak disampaikan melaluli kitab-kitab ulama baik salaf maupun khalaf. namun disini penulis akan menyebutkan sedikit tentang Etika yang harus dimiliki guru.  

 Diantara etika guru adalah:

1      Inshaf (adil dan obyektif) mengaku salah bila ada yang memberitahu yang benar. Imam malik berkata “di zaman kita ini, tidak ada yang lebih langka dibanding inshaf”
2      Tidak malu untuk mengatakan”la adri (saya tidak tahu) atau wallahu a’lam (allah lebih tahu)” ketika ia ditanya perihal sesuatuyang tidak diketahuinya.
3      Cendrung menghindari dari memberi fatwa.
Ibnu masud dan ibnu abbas berkata “barangsiapa yang memberi fatwa atas segala persoalan yang ditnyakan kepadanya, maka ia gila”
4      Memandang remeh dan menjaga jarak dari dunia
Ibnu mas’ud berkata “andai saja para pengemban ilmu itu menjga ilmunya dan hanya menempatkannya kepada orang-orang yangtepat, niscaya mereka akan memimpin orang-orang yang hidup sezaman dengan mereka. Namun mereka menukarkan ilmu mereka kepada penguasa dunia, dengan harapan memperoleh sebagian dari dunia mereka, hingga mereka pun menjadi remeh di mata orang-orang yang (sebenarnya layak menerima ilmu)”


5      Rendah hati (tawaddu’) baik dalam kondisi sendiri maupun di hadapan orang lain.
Said bin Jubair berkata “ seseorang itu senantiasa menjadi orang berilmu (alim) selama ia mau terus belajar. Jika ia sudah tidak mau belajar lagi, dan menyangka bahwa dirinya telah berkelimpahan serta cukup dengan ilmu yang dimilikinya, maka ia adalah orang terbodoh diantara semua mahluk yang ada.”
6      Tidak suka berdebat dan bantah bantahan
Sufyan bin Uyainah berkata ;”seorang alim itu tidak suka mendebat dan bermanis-manis muka (tidak suka menjilat). Dan akan menyebarkan hikmah; bila diterima dia akan memuji allah, dan bila ditolak diapun tetap memuji allah”
7      Bersikap simpatik dan penuh kasih sayang kepada para pencari ilmu adalah etika guru yang terakhir
Imam an-nawawi berkata, “Di anjurkan bagi seorang guru agar bersikap simpatik kepada murid dan berbuat baik kepadanya semaksimal mungkin”

Inilah etika yang harus dimiliki seorang guru dalam mendidik peserta didiknya agar mendapatkan ilmu yang manfaat dan barakah. Sebagai guru, memang tidak boleh semena-mena menyampaikan materi pembelajaran kepada muridnya. Sebelum itu dilaksanakan, seorang guru haruslah mawas diri dan menghiasi diri dengan sifat-sifat yang terpuji seperti yang disebutkan. Bukan hanya terhadap peserta didik, namun juga kepada wali peserta didik.

Disadur dari kitab Minhaj as-Sawi, hal. 195


Baca juga :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

to Top